Kasus DBD Merangkak Naik, Bupati Mojokerto Gelar Rakor
Diskominfo Kabupaten Mojokerto - Maraknya kasus demam berdarah dengue (DBD) yang mewabah di Kabupaten Mojokerto pada awal tahun 2022 ini membuat Bupati Mojokerto, Ikfina Fahmawati bergerak langsung menggelar rapat koordinasi (Rakor) bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, RSUD Prof. Dr. Soekandar, RSUD R.A Basuni dan Camat se-Kabupaten Mojokerto di ruang Satya Bina Karya Pemerintah Kabupaten Mojokerto, senin (17/01) siang.
Rakor tersebut membahas terkait adanya peningkatan angka kasus DBD yang menyerang anak-anak di berbagai wilayah di Kabupaten Mojokerto. Angka kasus tersebut semakin hari semakin meningkat hingga menyebabkan satu anak meninggal dunia.
Bupati Ikfina mengatakan, naiknya angka kasus DBD tersebut disebabkan karena peralihan cuaca antara musim kemarau dengan musim penghujan sehingga kelembaban udara yang tinggi menyebabkan nyamuk mudah bersarang.
"Nyamuk ini adalah nyamuk Aedes Aegypti, ini tidak sembarang nyamuk, jadi tanda-tanda nya bisa dilihat kalau terkena nyamuk ini, ada bercak-bercak putih dan hitam," ungkapnya.
Ketua Satgas Covid-19 Kabupaten Mojokerto ini menjelaskan, nyamuk Aedes Aegypti ini tidak bisa hidup di dataran tinggi, menurutnya, nyamuk tersebut lebih banyak bersarang di daerah tropis atau dataran rendah.
"Daerah dataran tinggi nyamuk Aedes Aegypti tidak bisa hidup, makanya daerah pacet dan trawas relatif aman, karena semakin tinggi dari permukaan air laut semakin dia tidak bisa bertahan hidup," terangnya.
Nyamuk DBD ini, lanjut Ikfina, akan lebih memilih tinggal di kubangan air yang bersih dan terlindung dari sinar matahari langsung.
“Karena tinggal di air jernih, nyamuk DBD tidak akan ditemukan di air genangan kotor seperti got atau comberan,” terangnya.
Selain itu, Ikfina menambahkan, nyamuk DBD ini juga biasa bertelur di area dinding wadah air. Jadi yang diperlukan nyamuk DBD untuk berkembang biak adalah area dinding tepat di atas air bersih yang menggenang.
“Artinya nyamuk DBD tidak bisa berletur di sungai atau genangan air tanah. Dia butuh kontainer seperti area kering di botol, baskom, ember atau bak mandi,” tambahnya.
Orang nomor satu di lingkup Pemerintah Kabupaten Mojokerto ini mengatakan, bahwa nyamuk demam berdarah memiliki siklus yang berbeda dari nyamuk biasa.
"Nyamuk ini biasanya aktif pada jam kerja, kalau pagi biasanya pukul 09.00 sampai sore pukul 15.00, ini hanya bisa tertular kalau ada gigitan nyamuk, jadi nyamuk itu juga bisa menyebar virus dari darah yang digigitnya," jelasnya.
Menurut Ikfina, gejala yang muncul dalam penyakit ini biasanya berupa demam tinggi yang terjadi terus menerus, suhu badan sekitar 39 sampai dengan 40 derajat celcius. Kondisi ini menyebabkan sakit kepala, demam tanpa disertai batuk-batuk, sakit perut atau mual, serta badan terasa pegal-pegal atau nyeri sendi.
"Kalau merasakan gejala demam tinggi, langsung istirahat dan minum air putih yang banyak, jangan sampai terlambat," tegasnya.
Sementara itu, bupati yang berlatar belakang dokter ini pun meminta Puskesmas di wilayah masing-masing agar melakukan identifikasi penyakit pada orang terpapar penyakit DBD.
"Jadi kita harus bergerak cepat, jangan nunggu lama. Kalau ada yang positif langsung segera dibawa ke Puskesmas, jangan nunggu sakit dulu. Harus segera dilakukan pendataan untuk pengendalian tersebut," pintanya.
Selain itu Ikfina juga meminta agar segera dilakukan pemberantasan sarang nyamuk, membersihkan genangan air dan Foogging untuk meminimalisir penyakit DBD.
Terpisah, berdasarkan update data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Mojokerto, terhitung ada 70 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang menerpa 18 Kecamatan di Kabupaten Mojokerto.
Adapun temuan 70 kasus DBD di 18 kecamatan, yakni Kecamatan Sooko 9, Kecamatan Trowulan 6, Kecamatan Puri 9, Kecamatan Mojoanyar 3, Kecamatan Bangsal 7, Kecamatan Gedeg 1, Kecamatan Kemlagi 4, Kecamatan Dawarblandong 1, Kecamatan Jetis 9, Kecamatan Mojosari 5, Kecamatan Pungging 2, Kecamatan Ngoro 1, Kecamatan Dlanggu 3, Kecamatan Kutorejo 4, Kecamatan Pacet 2, Kecamatan Gondang 1, dan Kecamatan Jatirejo 3 kasus. Sementara untuk Kecamatan Trawas sampai saat ini masih nihil dari kasus DBD. (Dhan;Luq;foto:Omn/Ar).